TRILOGI UKHHUWAH: KEMENAG, MUI DAN NU
MISBAHUDDIN NAUFAL
Mengutip dari Ayik Hikamolitik
NU mengadopsi ajaran tentang tiga lingkup ukhuwah yaitu ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah. Trilogi ukhuwah ini menjadi basis ontologis nahdliyin terkait posisi, peran dan fungsinya sebagai muslim, anak bangsa dan umat manusia.
Tiga ukhuwah ini wajib dipupuk dan dipelihara oleh anggota NU seperti tercantum di Anggaran Rumah Tangga (ART NU) Bab VIII, Pasal 16, yang berbunyi: ”Anggota biasa berkewajiban:… c. Memupuk dan memelihara ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah.”
Trilogi ukhuwah lahir dari kesadaran bahwa NU bagian dari jamaah kaum muslimin, bangsa Indonesia dan umat manusia sedunia. NU sadar, ada umat Islam, ada agama dan umat manusia lain di luar NU. Sebab itu, nahdliyin wajib menjalin ukhuwah agar dapat hidup bersama secara rukun dan damai.
Sebagian nahdliyin berada di semua intitusi tersebut secara bersamaan, sebagai ASN dan Penyuluh Agama, pengurus MUI dan pengurus NU. Ada juga yang tidak di Kemenag, tapi hanya di MUI dan NU. Dan mayoritas nahdliyin tidak di Kemenag dan tidak pula di MUI.
Kemenag lebih luas dari MUI. Di Kemenag semua agama dan ormas keagamaan ada di dalamnya, karena Kemenag mengurus semua agama. Sedangkan di MUI, khusus ormas-ormas Islam. Ormas-ormas non Islam punya wadahnya sendiri-sendiri.
Kemenag, MUI dan NU adalah institusi resmi yang diakui dan dibiayai negara. MUI dan NU tidak sepenuhnya dibiayai negara, sehingga diperbolehkan mencari dan mendapatkan dana lain di luar APBN, dan tidak dianggap korupsi. Lain halnya dengan Kemenag.
Bagi nahdliyin, Kemenag dan MUI menjadi wahana berinteraksi dan berkontribusi di luar kandang. Di Kemenag, nahdliyin bersama umat Islam lainnya, dapat mempraktikkan doktrin ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah dengan non muslim. Dengan kaum muslim dari ormas Islam yang lain di Kemenag dan di MUI, nahdliyin dapat mengamalkan doktrin ukhuwah islamiyah.
Trilogi ukhuwah dipandang sebagai satu kesatuan doktrin. Mengunggulkan satu ukhuwah, akan menyebabkan ukhuwah lainnya kehilangan makna. Misalnya, demi ukhuwah islamiyah, sampai mengabaikan ukhuwah wathaniyah dan basyariyah. Atau yang sering tidak disadari, meninggalkan ukhuwah islamiyah demi ukhuwah wathaniyah dan basyariyah.
Semangat ukhuwah seharusnya menjiwai nahdliyin dimanapun mereka berada. Keberadaan nahdliyin di Kemenag, MUI dan NU atau institusi lainnya guna mengaplikasikan doktrin trilogi ukhuwah. Karena, kalau cuma aktif di kandang sendiri, ukhuwah islamiyah, wathaniyah dan basyariah seorang nahdliyin menjadi kurang terasah.
Jika nahdliyin mengadopsi trilogi ini dengan kesadaran penuh, maka nahdliyin akan dapat menempatkan diri secara akurat, tepat, adil dan beradab ketika terjadi permasalahan-permasalalahan di tengah masyarakat. Sehingga tidak terjebak ke dalam ribut-ribut yang tidak perlu, yang tidak jelas ujung pangkalnya. Wallahu a'lam bish shawab.
Ki Sabrang bongso Alus
Kader penggerak Nahdlatul Ulama
Posting Komentar