SECUIL KISAH PKPNU PCNU kabupaten Pasuruan Di PP. DARUT TAQWA NGALAH SENGONAGUNG 24 - 26 Maret 2022
Saya adalah ibu menyusui, yang mengikuti PKPNU angkatan 41 di Pasuruan. Jujur, awalnya memang berat. Bukan berat mengikuti PKPNU-nya, tapi berat karena harus meninggalkan anak saya yang masih berumur 4 bulan dan full menyusu pada saya. Namun karena romokyai menyuruh untuk mengikuti PKPNU, akhirnya saya berangkat. Setiap jam istirahat, saya akan bergegas kembali ke kamar untuk memompa ASI, yang kemudian akan diambil oleh suami saya untuk minum si kecil. Lalu paginya, suami dan ibu saya akan membawa anak saya untuk menerima ASI secara langsung. Begitu yang saya lakukan setiap hari, sampai teman-teman sekamar saya bilang, "lha yo, arek sitok iki bingung pompa ambek botol tok." Sampai terkadang, saya tak sempat untuk makan karena waktu istirahat tidak cukup untuk pumping. Saya harus menyediakan setidaknya 6 botol agar anak saya tidak kehabisan stok ASI. Kenapa tidak susu formula? Karena saya berkomitmen untuk memberikan ASI eksklusif.
Sebelumnya, saya pernah mengalami beberapa kejadian yang akhirnya membuat saya tiba-tiba bisa merasakan suatu 'kehadiran'. Karena itu, ketika mengikuti materi PKPNU saya sengaja untuk tidak fokus terlalu dalam meskipun semua materi yang para instruktur sampaikan membuat saya tak henti-hentinya dibuat takjub. Bukannya tak ingin memahami lebih dalam, tapi saya tak ingin merasakan ada yang tiba-tiba hadir jika terlalu fokus.
Namun di hari terakhir, saya memutuskan untuk benar-benar serius di materi-materi terakhir. Lalu tiba saat pembaiatan.
Malam itu dingin, langit gerimis, dan beberapa kali kilat menyambar. Mengawali acara pembaiatan, seorang Ustadz/Kyai memberikan ijazah membaca doa dengan memutar melawan arah jarum jam. Seketika itu, air mata saya meleleh. Bukan karena kelilipan, tapi saya merasakan ada yang datang dari setiap arah ketika doa dibacakan. Lapangan yang luas, serasa penuh, dan namun suasana menjadi lebih tentram. Sekali lagi, saya mencoba mengalihkan dan berusaha untuk tidak terlalu fokus.
Yang paling saya takutkan ketika pembaiatan, adalah sumpah yang tak yakin bisa saya lakukan. Bagaimana jika saya tidak bisa? Bagaimana jika gagal? Namun di tengah kebimbangan saya, sebuah tangan seakan memegang tangan kanan dan kiri saya seakan meyakinkan. Saya mengenal siapa yang memegang tangan kanan saya karena memang beliau membersamai saya, tapi saya tidak bisa tau siapa yang memegang tangan kiri saya. Tangan saya tiba-tiba terasa hangat, dan saya dengan yakin mengucapkan sumpah. Ketika sampai pada kalimat yang akan membela jika ada yang menyerang NU/NKRI, tangan saya mengepal dengan begitu kerasnya sampai memerah. Saat itu saya tau, ada yang akan terjadi pada saya setelah ini. Ada yang ingin berbicara. Namun saya berkata dalam hati, kalau ingin menyelesaikan pembaiatan terlebih dahulu.
Setelah kerudung putih sudah dikalungkan dan membentuk barisan, ketika itu saya merasakan kaki saya mulai kehilangan keseimbangan. Saya masih berusaha untuk tidak jatuh, tapi sosok 'yang entah siapa' itu membuat saya mengamati satu persatu peserta PKPNU dengan tersenyum. Lalu ketika romokyai memberikan mauidzoh hasanah, saat itulah saya merasa melihat 3 sosok yang begitu terang berdiri di barisan sebelah kiri romokyai. Mbah wahab, mbah Hasyim, dan mbah siddiq. Itu yang terlintas di batin saya. Saya bahkan tidak tau siapa mbah siddiq sebelum akhirnya saya searching di internet kalau beliau adalah putra mbah Hasyim.
Para masyayikh hebat yang disebutkan selama materi berjajar di depan, sedangkan murid-murid beliau-beliau yang alim berkeliling memenuhi lapangan. Namun yang terlihat paling jelas adalah 3 masyayikh itu. Energi mereka begitu besar. Auranya begitu kuat. Saya yang berusaha menahan selama acara pembaiatan akhirnya 'jatuh' juga dan dibantu panitia.
Saya menangis tersengguk-sengguk. Dalam hati, saya begitu takut tak bisa menjaga sumpah saya. Saya takut tak bisa menjaga NU, tak bisa menjaga NKRI, tidak bisa memperjuangkan agama Allah. Siapalah saya, hanya seorang ibu yang ingin keluarga saya selamat dunia dan akhirat.
Saya tidak peduli lagi dengan berpasang-pasang mata yang melihat saya. Saya merasa sesak, namun entah kenapa juga merasa bahagia. Ketika peserta menyanyikan Mars PKPNU dan sholawat badar, saya merasakan 'beliau' yang entah siapa itu ingin menyampaikan sesuatu melalui saya. Beliau sedih dengan keadaan Indonesia saat ini, namun juga bahagia karena melihat santri-santri beliau yang siap berjuang dan saling mengukuhkan.
Seusai sholawat badar, beliau yang berada di tubuh saya pergi dan saya sadar kembali. Para masyayikh yang tadi berada di depan, berjalan bersama romokyai menuju ndalem sambil bercengkerama. Tentu saja bercengkerama bukan dalam artian sebenarnya. Sungguh, rasanya tentram dan menenangkan sekali.
Peserta PKPNU yg lain, mungkin mengira kalau saya kesurupan dalam pemahaman mereka. Namun bagi saya apa yang saya alami adalah 'kedatangan' yang sangat menakjubkan. Bagaimanapun, ada makhluk lain di tubuh saya bukan pertama kali ini saya rasakan. Jadi saya bisa membedakan rasanya. Dan pengalaman yang terjadi selama baiat PKPNU kemarin, adalah pengalaman yang luar biasa membekas dalam hati saya. Beliau-beliau benar-benar datang. Seluruh masyayikh, seluruh ulama, semua pejuang.
Subhanallah wal hamdulillah wa lailahaillallah
#Nahdlatul Ulama
#Kader Penggerak NU
إرسال تعليق