KISAH PERJALANAN, GARIS KETURUNAN, DAN METODE DAKWAH WALI ALLAH YANG MAKAM NYA TERAPUNG DI PERMUKAAN AIR LAUT DEMAK JAWA TENGAH.
Kutipan Copas dari berbagai referensi ditahun
LTNNU mwcnugempol1926@gmail.com
Cerita sejarah seorang Ulama besar ditahun 1900 an yang menerbitkan banyak ulama tersohor atas jasa beliau selama mensyiarkan dan dakwah Islamiyah di masanya.
Di kawasan Pantai Sayung, Demak, ada sebuah makam terapung. Dari garis pantai, makam itu cukup menjorok ke tengah laut. Ada jembatan penghubung dari pantai untuk wisatawan yang ingin berziarah ke makam itu.
Di makam itu jasad seorang Ulama besar Demak dikubur. Dia adalah Syekh Abdullah Mudzakir, akrab pula dipanggil Mbah Mudzakir.
Dulunya, Ulama yang lahir di Dusun Jago, Desa Wringinjajar, Kecamatan Mranggen tahun 1869 itu disebut-sebut sebagai pencetak kader kiai muda di Demak dan sekitarnya. Lalu siapa sebenarnya itu Syekh Mudzakir ?.
Kisah Syekh Mudzakir
Sebelum menjadi ulama, Syekh Mudzakir banyak berguru pada para ulama, salah satunya dengan Syekh Soleh Darat. Sekitar tahun 1900, Syekh Mudzakir menetap di Tambaksari, Bedono, Demak.
Di sana dia menikah dengan Nyai Latifah dan Nyai Asmanah. Beberapa waktu kemudian dia menikah lagi dengan Nyai Murni dan Nyai Imronah. Dari keempat istrinya, dia dikaruniai 18 orang anak.
Dilansir dari Demakkab.go.id, ulama yang sehari-hari bekerja sebagai petani Demak itu kebal terhadap berbagai macam senjata. Selain itu dia juga kerap diminta orang untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Walau begitu ia tidak meminta imbalan atas pertolongannya. Syekh Mudzakir meninggal pada tahun 1950 di usia 81 tahun.
Karomah Syekh Mudzakir
Di antara Salah satu karomah yang diberikan Allah SWT kepada Syekh Mudzakir adalah makamnya yang tidak pernah terendam dari air laut walau tanah-tanah di sekelilingnya sudah tenggelam. Dan Ini juga yang terjadi pada makam istri dan anak-anaknya.
Tidak heran, makam Syekh Mudzakir dan keluarga dianggap keramat karena tidak pernah terkikis diterjang pasang surutnya air laut. Maka, Untuk menuju ke makam Syekh Mudzakir, para peziarah harus berjalan sepanjang 700 meter melalui jembatan yang di kanan kirinya merupakan air laut.Karena keajaiban makam Syekh Mudzakir itu, berkembanglah mitos bahwa masyarakat percaya makam itu mengapung dan tidak akan pernah tenggelam walau pasang air laut tinggi. Hal itu diyakini masyarakat karena keluhuran budi dan kebaikan Syekh Mudzakir yang semasa hidupnya melakukan syiar di wilayah tersebut dan sangat berjasa dalam pembangunan akhlak warga setempat, baik dalam ilmu agama maupun tradisi yang diajarkan.
Syekh Mudzakir dari garis ayahnya diketahui masih keturunan Pangeran Diponegoro dari garis ibunya beliau masih keturunan Sunan Bayat.
Silsilah Syekh Abdullah Mudzakir
Syeh Abdullah Mudzakir adalah salah satu ulama besar penyiar agama Islam di kawasan Pantai Sayung, Demak. Beliau sendiri juga berasal dari Demak. Diperkirakan Beliau lahir pada tahun 1878 atau 1297 hijriah dari pasangan bapak ibrahim syuro yang merupakan keturunan pangeran di ponogoro sedangkan ibu nya keturunan mbah sodik wringinjajar dan masih keturunan sunan bayat. Ada sumber lain mengatakan Syekh Mudzakir keturunan Sunan Kalijaga dan murid mbah soleh daerah semarang. Beliau juga disebut-sebut sebagai pencetak kader kiai muda di Demak serta sekitarnya, Selain pendakwah asal usul Mbah Mudzakir adalah seorang pejuang kemerdekaan pada zamannya berasal dari Kampung atau Desa Wringinjajar, Kecamatan Mranggen,kemudian menetap dan menyebarkan ajaran Islam di pesisir Pantai Sayung. Syekh mudzakir wafat pada tahun 1950 masehi pada usia sekitar 72 tahun.
Karomah Syekh Mudzakir
Sebagai Salah satu ulama besar beliau dipercaya memiliki karomah yang diberikan Allah kepada Syekh Abdullah Mudzakkir diantaranya :
- Tetap Hidup walau tertimbun
- Melipatgandakan tenaga dan waktu
- Mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit
- Bedil Penjajah mendadak rusak saat diarahkan ke syekh mudzakir
- Makamnya tidak terendam air laut. Padahal pantai tersebut berada di Pantai Sayung Demak. Begitu juga makam beberapa anggota keluarganya, terdiri dari istri dan anak-anaknya, juga tidak terendam air laut
Akses jalan ke Makam Wali di tengah laut
Tidak hanya di hari biasa , di bulan bulan tertentu peziarah berduyun-duyun mendatangai makam ulama besar demak ini, hingga kini anak keturunan syeh mudzakir terus menjaga makam leluhur nya itu agar tidak terkena abrasi.
Ada 2 jalan yang bisa di lalui untuk menuju makam kramat ini, pertama bisa dengan naik perahu, kemudian yang kedua bisa jalan kaki/naik motor/ojeg. Jika memilih naik perahu, di mulai dari jembatan, biaya naik perahu Rp 12.000 per orang memakan waktu sekitar 15 sampai 30 menit untuk sampai ke lokasi.
Biografi dan Metode Dakwah Mbah Mudzakir
Di Nusantara khususnya di Pulau Jawa banyak sekali Waliyullah yang tersebar di berbagai daerah salah satunya waliyullah yang berada di kabupaten demak tepatnya di tambaksari sayung yaitu Syekh Mudzakir.
Beliau memiliki karomah yang sangat banyak, tetapi yang paling terkenal yang bisa disaksikan sampai saat ini adalah makam beliau yang mengapung dan tidak tenggelam diterjang air rob padahal pemukiman yang lain sudah tenggelam oleh air rob. Oleh sebab itu Syekh Mudzakir ini diyakini memiliki banyak sekali karomah sehingga banyak dikunjungi oleh para peziarah.
Untuk menuju makam ini tidak diperbolehkan untuk melakukan pemotretan atau dokumentasi apapun hal ini masih menjadi kepercayaan akan adanya hal mistis atau karomah.
Nama lengkap Mbah Mudzakir adalah Syekh Abdullah Mudzakir, sejarah awal Mbah Mudzakir beliau dulu belajar agama Islam pada banyak guru dari berbagai daerah. Setelah merasa cukup kemudian beliau memutuskan untuk menetap di Desa Tambaksari, Bedono, Sayung, Demak.
Pada masa remaja beliau banyak berguru ke para ulama, ia memulai belajar ilmu agama di Nganjuk kemudian ke Semarang yakni Mbah Soleh Darat banyak sekali ilmu yang sudah beliau pelajari diantaranya adalah memperdalam ilmu tasawuf dan ilmu- ilmu tentang agama Islam yang lain.
Kemudian Syekh Mudzakir juga belajar agama Islam dari Mbah As’ad Dukuhan, setelah dirasa cukup mbah soleh darat memerintahkan Syekh Mudzakir untuk kembali pulang ke desanya untuk menyiarkan agama Islam pada masyarakat tahah kelahirannya.
Pada tahun 1900 masehi beliau kemudian menetap di Tambaksari, Syekh Mudzakir pertama kali membangun masjid di Dusun Kaligawe, yang saat itu dihadiri langsung oleh Mbah Soleh Darat, Semarang. Kemudian membangun masjid kedua di Dusun Dukuhan, ketiga di Tambaksari. Masjid tersebut digunakan untuk menyiarkan agama Islam dan mengajak masyarakat yang pada masa itu kebanyakan masih awan persoalan agama atau abangan.
Metode yang digunakan Syekh Mudzakir untuk menyiarkan agama Islam adalah dengan cara santun dan mudah dipahami oleh masyarakat, sehingga banyak masyarakat yang mau mempelajari agama Islam.
Beliau mengadakan pengajian setiap hari Ahad, yang kemudian dikenal dengan ngaji Ahadan yang kemudian diteruskan oleh Mbah Soleh, Mbah Haji Salim, kemudian dilanjutkan oleh Mbah Haji Mubasyar.
Pada tahun 1919 masehi beliau kemudian membuka pengajian harian setiap hari kamis yang dikenal dengan pengajian kemisan yang diteruskan haji muhammad sofyan dan sekarang diteruskan oleh Haji Zamroji. kemudian juga berdakwah dengan menggunakan kemampuan kedokteran yang dimiliknya, ia selain melakukan pengobatan juga berdakwah kepada pasiennya. Hal ini sangat efektif untuk menyebarkan gama Islam, juga dalam setiap pengobatan yang dilakukan tidak meemungut biaya sepeserpun.
Syekh Mudzakir wafat pada tahun 1950 masehi di Desa Bedono tepatnya di Selasa Pon pada tanggal 13 September pada usia sekitar 72 tahun.
#Literasi dakwah sejarah
#Kisabrang manjar Kahurian
إرسال تعليق